[CHAPTER 3] CERITA DALAM KERETA : PSIKOPAT VS PELAKU PELECEHAN SEKSUAL

Petang di Stasiun Jakarta Kota. Semburat merah mewarnai cakrawala Jakarta saat petang. Indah, tetapi orang-orang Jakarta dengan angkuhnya menghiraukan semburat keindahan yang diciptakan oleh Tuhan untuk memberi warna. Semua sibuk untuk kembali ke tempat peristirahatannya masing-masing, tumpah ruah dimana-mana memenuhi segala jalan, dan juga moda transportasi, pulang ke daerah-daerah penyangga ibu kota. Entah sudah berapa kali berganti pemimpin, ibukota tetap kota yang macet dimana-mana. Dan moda transportasi andalan ketika macet pun bisa dibilang laris manis dan ramai, sehingga ketika naik berdesak-desakan.
Commuter line menuju Bekasi sampai di Stasiun Jakarta Kota. Kerumunan Jakarta Workers berdesak-desakan untuk masuk kereta tersebut. Stasiun Jakarta Kota masih lah stasiun awal untuk Andra pulang ke Bekasi, tetapi dirinya mulai berdesak-desakan dengan penumpang lain. Berdesak-desakan di transportasi umum seperti kereta terkadang ada saja yang mencuri kesempatan. Dari sekian banyak penumpang kereta ada yang memiliki otak mesum dan melancarkan aksi mesumnya di dalam kereta.
Tidak ada yang bisa Andra lakukan ketika ada pelecehan seksual di kereta. Dia hanya bisa melihat dan minimal berdehem kalau Andra sedang muncul keberaniannya. Andra adalah orang yang sangat menjunjung tinggi wanita. Wanita bagi Andra bagaikan permata, makanya ketika ada wanita yang disakiti atau dilecehkan dia merasa gregetan, karena yang dia lakukan hanya diam saja. Hal ini karena Andra takut ia akan menjadi  korban juga.
Pemandangan pelecehan itu mulai terjadi lagi di depan mata Andra. Entah sudah keberapa kali ia menyaksikannya. Tapi  yang Andra bisa lakukan hanya diam saja, alasannya Andra tidak mau terlibat dan juga kondisi kereta yang sangat penuh sesak. Dalam perasaan terdalamnya Andra gelisah, dia harus berbuat sesuatu tetapi Andra tetap tidak bisa, dirinya terlalu takut untuk membela wanita yang sedang dilecehkan di gerbong kereta.
Giginya bergemertak, napasnya memburu, dan tangannya mengepal seperti ingin menghajar orang yang tepat setelah dua orang dari samping Andra. Dia hanya bisa menyimpan kemarahannya pada saat itu.
Semakin mendekati Stasiun Bekasi tepatnya di Stasiun Cakung penumpang kereta sudah mulai agak kosong, hanya beberapa orang  yang tersisa. Sementara Andra masih kesal atas kejadian yang baru saja terjadi. Dia sudah sangat sering melihat kejadian tersebut tapi belum bisa melakukan apapun. Dia dendam dan menyesali diri sendiri.
Andra menatap jendela. Lamat-lamat tulisan Stasiun Bekasi  sudah terlihat. Andra pun bergerak menuju ke gerbong depan supaya ketika kereta berhenti  nanti  dia dekat dengan pintu masuk ke peron depan. Dan juga bisa langsung ke toilet untuk mencuci muka.
“hahaha ngga tahan kan lo Ndra, dibilang kalau soal hajar menghajar serahin ke gue, lo kan baik dan ngga akan menghajar orang, lihat  tuh diri lo di cermin.” Alter egonya Andra mulai berbicara lagi.
“gue belum berani Mr. Choi. Kereta penuh sesak gitu mana bisa gue buat negur. Lebih tepatnya sih gue takut kena sial aja.” Sambil mengepalkan tangannya.
“itu namanya takut Ndra.”
“hmm mungkin belum saatnya kali.”
“mau sampai kapan takutnya hah?”
“ngga tau.”
“yaudahlah. Nanti gue yang ngatasin saja, gregetan gue sama karakter lo.”
“permisi pak.” Ada orang lewat di dalam toilet melewati Andra.
“huuu.. bisa disangka orang gila aku.” Andra mengeluarkan nafasnya kuat-kuat lalu keluar dari toilet.
***
Pintu kereta itu terbuka. Satu persatu penumpang turun. Kereta itu berhenti di Stasiun Jatinegara, dan akan lanjut lagi ke Stasiun Bekasi. Semua orang turun tertib, ada yang langsung pulang, ngopi dahulu di mini market dalam stasiun yang menyediakan kopi atau ke toilet dahulu.
Toilet itu sepi, hanya beberapa penumpang yang baru turun tadi langsung masuk ke toilet. Toilet pria menjadi toilet yang paling sepi, hanya ada satu orang yang masuk ke dalam toilet tersebut. Dia masuk dengan muka agak gelisah seperti menahan sesuatu.
“ahh, gila cewek tadi itu seksi bener, bokongnya besar banget.” Dia berbicara dalam hati di dalam salah satu bilik toilet sambil berfantasi dan merangsang bagian vitalnya.
Orang itu melakukan rangsangan pribadi kepada organ vitalnya dan membayangkan penumpang perempuan yang tadi ada di depannya. Dia pada saat di kereta tadi menempelkan organ vitalnya ke bagian belakang perempuan tersebut. Lalu menuntaskan aktifitasnya di toilet dengan merangsang organ vitalnya sambil  berfantasi liar.
***
Udara pagi menyambut Bekasi dengan udaranya yang dingin manja. Pagi itu setelah hujan Bekasi menjadi tidak sepanas biasanya. Dibilang hangat tidak dibilang dingin tidak juga tetapi membuat orang malas untuk bangkit dari kasurnya.
Hal ini tidak berlaku bagi Andra. Dia sudah terbiasa bangun pagi. Pagi setelah subuh dia sudah mandi dan rapih. Hari ini adalah akhir pekan. Andra berencana untuk lari pagi  di Car Free Day Bundaran HI dan dilanjutkan dengan fitnes di salah satu tempat fitnes di Jakarta. Andra mengepak semua perlengkapannya dalam tas ransel kecil supaya enak juga dibuat lari, dari baju salinan hingga pisau lipat.
“eh Pak Andra udah rapih saja, mau kemana?”
“mau olahraga Bi, Bibi tidak usah buatin sarapan ya, saya sarapan di luar saja.”
“oke pak.”
Andra di rumah hanya tinggal dengan pembantunya Bi Inah. Setelah  lulus kuliah, orang tuanya Andra meninggal secara tragis. Andra menemukan kedua orang tuanya tergeletak bercucuran darah ketika Andra pulang dari Bandung. Sudah hampir setahun Andra hidup berdua saja dengan Bi Inah.
Andra mengendarai motornya ke Stasiun Bekasi. Dia lebih suka naik transportasi umum dibanding pribadi. Menurutnya naik transportasi umum tidak perlu khawatir capek. Karena kita hanya memikirkan kapan sampai ke tempat tujuan.
Andra tidak menghabiskan waktu lama untuk menuju ke stasiun. Hanya lima belas menit Andra sudah sampai di Stasiun dan langsung memesan tiket kereta,  keadaan stasiun di akhir pekan itu tidak begitu ramai pada pagi hari.
Kali ini Andra menikmati perjalanannya dengan  kereta commuter line tanpa merasa galau lagi. Dia sudah bisa mengatasi rasa galaunya ketika sedang naik kereta seorang diri. Andra belajar merelakan segala kejadian yang ada di masa lalu dan menatap masa depannya  yaitu Tanami. Andra banyak belajar dari masa lalunya bersama Rin dan mencoba tidak akan menyakiti dan meninggalkan lagi pacarnya.
Keadaan kereta tidak begitu ramai pada pagi hari. Jadi Andra sangat menikmati perjalanannya untuk jogging di CFD Bundaran HI. CFD di Bundaran HI sama seperti CFD-CFD di daerah-daerah lain. Selalu ramai. Tidak hanya berolahraga tetapi ada juga yang berekreasi dengan keluarga.
***
Barisan pemukiman berjejer dengan semrawut. Pemukiman-pemukiman ini tidak lain adalah jejeran kos-kosan yang ada di pinggiran  Pasar Jatinegara. Pagi itu di hari minggu aktifitas para pemukim kos-kosan nyaris sepi tanpa ada kegiatan. Para penghuni kosan kebanyakan masih menempel dengan kasur sambil memeluk bantal guling. Hal ini rupanya tidak berlaku untuk Parman Sukirman. Aktifitas tiap paginya ialah menonton film dewasa yang vulgar. Parman yang merupakan pegawai di kawasan Kota Tua sangat suka menonton film dewasa. Dia mendapatkan film-film ini dengan berbagai cara dari mendownload hingga membeli dvd bajakan film dewasa secara online. Film dewasa favoritnya ialah yang menggambarkan pelecehan.
Parman yang biasanya menonton koleksi film dewasanya sampai siang sambil bermalas-malasan memutuskan untuk olahraga. Parman memutuskan untuk jogging di CFD Bundaran HI. Parman berangkat ke CFD pukul 9.00 pagi. Disamping berolahraga, Parman tidak lain dan tidak bukan untuk “mencuci mata”. Dalam bayangan Parman setiap CFD banyak cewek-cewek cantik dan berpakaian olahraga yang biasanya memakai tanktop dengan celana pendek atau paling tidak pakaian yang mencetak bagian tubuh dari pemakai. Liur Parman sampai menetes membayangkan hal tersebut. Pikiran mesum Parman terus berkelebat selama ia naik kereta untuk menuju kawasan CFD.
Pukul 8.00 cuaca sudah mulai agak panas. Berbeda dengan suasana CFD. Suasana CFD jika sudah siang menjadi sangat ramai. Parman yang baru sampai di CFD pada siang  itu pun matanya langsung jelalatan. Bagai binatang buas yang mencari mangsa Parman, mata Parman menyusuri setiap inchi dari keramaian di CFD.
***
Hari semakin siang, matahari pun sudah mulai terik. Andra memutuskan kembali ke stasiun dan pulang. Andra berjalan tidak terlalu terburu-buru, Andra menikmati suasana Jakarta yang tanpa polusi udara ini. Kebijakan yang tepat untuk mengurangi polusi memang dengan mengadakan CFD di setiap minggu. Polusi yang semakin kritis dikurangi pada hari minggu.
Andra melihat kagum ke sekeliling. Di CFD semua orang bergembira, padahal ketika sedang hari kerja, mereka semua yang rata-rata tergolong Jakarta Workers, ketika di hari kerja mereka hanya peduli pada diri sendiri, cuek dengan keadaan sekitar, seperti robot dari sebuah korporat. Berjalan dengan lurus dan tidak menengok ke kanan atau ke kiri. Andra suka sebal melihat hal tersebut.
Di CFD semua Jakarta Workers seperti membaur. Melupakan sejenak segala beban pekerjaan. Berlari dan mengurangi beban yang ada selama hari kerja.
Selesai melihat sekeliling Andra melanjutkan perjalanannya. Tidak begitu jauh dari tempatnya berjalan menuju ke stasiun terdekat. Sebenarnya jika dilanjutkan dengan naik ojek bisa lebih cepat, tapi Andra benar-benar ingin menikmati Jakarta di saat tidak ada kendaraan.
Di stasiun dia membeli beberapa makanan di minimarket untuk sarapannya. Dia belum makan dari semenjak berangkat. Lalu dia juga membeli koran untuk dibaca sambil menunggu kereta datang. Koran pagi itu memberitakan beberapa berita. Yang menarik perhatiannya adalah berita pelecehan seksual yang terjadi di bis. Andra memegang geram  koran tersebut.
 “gila!” gumamnya.
Dituliskan dalam berita adalah karena pelaku melakukannya karena dia  sudah tidak tahan. Karena melihat wanita memakai kemeja dipadukan dengan rok pendek yang memperlihatkan pahanya yang putih sang pelaku meraba paha wanita itu sampai ke bagian dalam pahanya lalu ketahuan oleh wanita karena merasakan ada yang menyentuhnya.
Tidak hanya itu saja penyebab sang pelaku melakukan hal tercela tersebut. Ternyata pelaku sering menonton film porno. Di zaman sekarang dengan kemudahan mengakses internet didukung dengan koneksi cepat membuat konten-konten pornografi mudah diunduh. Walaupun pemerintah sudah berusaha untuk memblokir situs-situs porno tapi tetap saja banyak cara pula untuk membuka situs yang di blokir tersebut.
Andra masih geram membaca berita tersebut. Andra mengambil gunting dari tas runningnya, lalu menggunting bagian berita tadi. Dia selalu mengklipping berita-berita tentang pelecehan seksual. Sudah beberapa bundel klippingan yang Andra kumpulkan, hasilnya fantastis. Kasus pelecehan seksual selalu terjadi dalam setahun.
Setelah dia menggunting koran tadi dia melampiaskan kekesalannya dengan merobek-robek korannya dan membuangnya ke tempat sampah. Dia berubah menjadi orang lain kali ini. Bukan Andra lagi.
Tidak lama setelah Andra membuang robekan koran tadi. Kereta yang dia tunggu pun datang. Keadaan kereta tidak seperti ketika pergi yang tidak begitu padat, tapi malah sebaliknya kereta sangat padat dipenuhi penumpang yang berisi orang-orang yang tadi  CFD. Andra berdiri berdesak-desakan di dekat tiang-tiang yang ada di tengah kereta.
Keadaan kereta yang berdesak-desakan selalu  ada yang memanfaatkan kondisi tersebut. Andra melihat keseliling kereta seperti penjaga. Untuk menemukan sesuatu yang janggal di dalam kereta. Terus mengedarkan pandangan dan ketemua dengan pemandangan yang janggal. Ada seorang pria yang dalam keadaan berdesak-desakan tapi seperti sengaja menempelkan bagian bawahnya.
Kekesalan Andra muncul lagi. Otaknya mulai mengeluarkan stimulus kekesalan. Andra mengepalkan tangannya. Dan dirinya yang lain pun muncul. Dia bukan Andra lagi, Dia adalah Mr. Choi.
“nah istirahat dulu ya Ndra, ini tugas Gue.”
Mr. Choi mencari cara untuk mengerjai pelaku pelecehan seksual. Dia mencoba mencari-cari di tas yang tadi Andra bawa. Akhirnya Dia mempunyai ide setelah menemukan note kecil, pulpen, lakban dan pisau. Andra menerobos kepadatan penumpang di dalam gerbong, dan menghampiri sang pelaku pelecehan seksual. Lalu berdehem dan memberikan kertas kecil. Terlihat si pelaku menjadi panik.
Mr. Choi setelah memberi kertas kecil ke pelaku pelecehan seksual itu. Dia berjalan menerobos kepadatan penumpang lagi menjauhi pelaku. Dia tidak tahan dengan perilaku si pelaku pelecehan seksual tersebut.
Mr. Choi menikmati perjalanannya. Bersiul-siul dan menyunggingkan senyum liciknya. Mr.Choi bangga dengan  ide yang terlintas di kepalanya untuk mengerjai  pelaku pelecehan tersebut. Ide yang lumayan sadis jika niatnya hanya untuk mengerjai.
ANDA SEBENTAR LAGI AKAN MEMASUKI STASIUN JATINEGARA
PERIKSA BARANG BAWAAN ANDA
Mr. Choi bergegas keluar dan menuju ke toilet Stasiun Jatinegara. Dia sudah mematangkan idenya. Dan tidak akan ragu.
***
Suasana kereta yang ramai merupakan hal yang surga bagi Parman. Dia bisa melakukan hal yang biasa dia lakuin ke wanita-wanita.
“ah gila! Bener-bener rezeki buat gue ini mah.”
Keadaan yang berdesak-desakan. Membuat Parman mencari celah diantara wanita-wanita yang rata-rata adalah yang habis CFD. Wanita-wanita yang memakai pakaian olahraga yang fit dengan tubuh. Memperlihatkan lekak-lekuk tubuh yang memakaianya. Parman melihat wanita yang memakai baju fit berwarna kuning cerah dengan hotpants berwarna biru. Matanya melihat mesum ke arah wanita tersebut dan mendekati wanita tersebut. Dan berniat untuk  ikut berdesak-desakan di antara wanita itu.
“wah gila enak banget nih pantat si cewek.” Gumamnya dalam hati Parman sambil mengesek alat vitalnya.
Semenit, dua menit, tiga menit. Tidak ada yang mengganggu aksi Parman. Aksi yang masih aman untuk Parman. Lalu enam menit dan kereta masih melaju dengan asiknya, Parman dikejutkan dengan suara deheman dari seseorang. Dia pun berhenti sejenak melakukan aksinya dan menerima secarik kertas  dari orang yang berdehem tadi.
GUE PUNYA CEWEK SEKSI KHUSUS BUAT LO, GUE TUNGGU DI TOILET STASIUN JATINEGARA.
“wah gratisan yah ini, mantap.” Gumamnya dalam hati.
***
Suasana toilet di Stasiun Jatinegara sepi seperti biasanya. Mungkin karena ini adalah stasiun transit, membuat orang-orang jarang yang ke toilet. Mr. Choi yang mempunyai rencana dengan seseorang tersenyum licik. Dia mencari sarung tangan di tas yang dipakainya. Dan setelah ketemu dia langsung memakainya.
Orang yang ditunggu oleh Mr. Choi pun datang. Mr. Choi mengajaknya untuk memasuki salah satu bilik toilet, dia memilih yang paling pinggir.
“bro tunggu  dulu ya disini! Sebelumnya gue iket dulu ya kaki sama tangan lu supaya nggak gerak-gerak, soalnya ceweknya suka yang diiket-iket.” Perintah Mr. Choi.
Pelaku pelecehan seksual tadi senyum-senyum seolah benar-benar akan ada cewek seksi yang akan menghampiri dia. Dalam pikirannya hanya ada hal-hal yang erotis.
“tunggu dulu tiga menit ya, gue kabarin dulu orangnya.”
Mr. Choi keluar dari bilik toilet untuk memastikan kalau keadaan aman. Tepat tiga menit sesuai dengan yang dijanjikannya, Mr. Choi pun masuk kembali.
“bro, nama lu siapa?” Mr. Choi mencoba menenangkan suasana.
“gue Parman. Eh kapan ceweknya dateng?”
“tunggu aja bro.” Mr. Choi melumat bibirnya Parman.
“hmmph.” Parman tidak bisa bicara karena dilumat dengan kasar.
Mr. Choi mencium Parman dengan kasar dan mengelus-elus bagian vital Parman.
“eh apa-apaan nih.” Parman protes ketika Mr. Choi berhenti.
“kita main-main dulu aja yuk sambil nunggu.” Mr. Choi tersenyum licik. Dan mencium serta mengelus-elus lagi. Terus dirangsangnya Parman sampai Parman menikmatinya.
Mr. Choi mengeluarkan Pisau lipat yang sudah dikantonginya. Dan dia mengakali alat vital Parman supaya keluar dari celananya lalu. Tebas.
Mr. Choi memotong alat vital Parman dan langsung menyumpal mulut Parman dengan potongan tersebut agar tidak teriak.
“gimana? Enak ngga?” Mr. Choi berbisik di telinga Parman dan menyeringai puas.
Mr. Choi melihat Parman dengan senyuman mengerikan. Dia tidak henti-hentinya tersenyum setelah berhasil menyakiti seorang Parman si pelaku pelecehan seksual. Mr. Choi mendekatkan wajahnya yang mengerikan itu ke wajah Parman.
“lu udah banyak ngerusak kehidupan orang Man. Gue muak sama orang-orang macem lu. Naik kendaraan umum tapi lu sama aja kayak merusak fasilitas walaupun sebenarnya ngga. Iya ngga Man, Cuma menganggu kenyamanan, dan menganggu kenyamanan buat gue itu merusak fasilitas. Sekarang liat keadaan lu, m.e.n.y.e.d.i.h.k.a.n. Jangan cepet tewas ya, gue mau ngerusak leher lu, kalo cepet tewas jadi ga asik mainnya.” Mr. Choi menjilat wajah Parman.
Mr. Choi mengarahkan pisaunya lagi dan mengiris lehernya. Pelan-pelan tapi pasti. Mengiris dari kuping kanan sampai kuping kiri. Darah bercucuran ke baju Parman dan juga muncrat ke baju Mr. Choi. Mr. Choi menjilat sumber keluar darah di leher Parman.
“ah delicious.”
Mr. Choi melihat korbannya. Miris dan mengenaskan. Mr. Choi sebelum menuntaskan permainannya mencoba mendengarkan detak jantung Parman, memastikan apakah Parman masih hidup atau sudah meninggal.
“ah ngga asik udah mati aja lu Man, but tapi tunggu Man.” Mr. Choi mengeluarkan kertas kecil yang sudah  dipersiapkan dan menempelkannya di lehernya.
TERSANGKA PELECEHAN SEKSUAL DI KERETA
“meninggal hari minggu pukul 3.00 siang. Karena dibunuh oleh Mr. Choi.” Mr. Choi bergumam bangga hasil perbuatannya.
Mr. Choi sebelum keluar dari bilik toilet dia merapikan dirinya. Mengganti bajunya yang kotor oleh darah dengan baju yang bersih. Seperti kebetulan Andra menyiapkan baju ganti. Mr. Choi tersenyum melihat ada baju ganti tersebut. Dia pun keluar dengan tenang dari toilet. Tidak ada saksi hanya bilik toilet yang menjadi saksi bisu perbuatan Mr. Choi. Mr. Choi langsung berjalan keluar Stasiun Jatinegara untuk menghilangkan jejak dan melanjutkan perjalanan pulangnya ke Bekasi dengan taksi online.
“Ndra, Andra..” Belum jauh dia berjalan ada seseorang wanita yang memanggil nama Andra yang sekarang sebenarnya dia bukan Andra. Mr. Choi berhenti sejenak dan melanjutkan jalannya.
***
Mr. Choi tertidur di dalam mobil. Dia pulas sekali. Jalanan menuju ia pulang tidak begitu macet  dan supir taksi online pun tidak banyak mengobrol.
Mobil sudah memasuki daerah Kranji tubuh yang tertidur pulas itu pun bangun, bukan sebagai Mr. Choi tapi sebagai Andra. Dia kaget waktu sadar sudah berada di dalam mobil.
“hei dimana aku?” tanyanya.
“bapak sekarang ada di taksi online, lagi di Kranji dan menuju ke rumah bapak.”
Andra masih belum mengerti. Masih dalam keadaan linglung. Dia mencari handphonenya di dalam tas dan kaget baju yang ketika pergi ada di dalam tas dan penuh bercak darah. Dalam hatinya hanya bisa bilang “aku tadi ngapain?”


Comments