Petang di Stasiun Jakarta Kota. Semburat merah mewarnai cakrawala
Jakarta saat petang. Indah, tetapi orang-orang Jakarta dengan angkuhnya
menghiraukan semburat keindahan yang diciptakan oleh Tuhan untuk memberi warna.
Semua sibuk untuk kembali ke tempat peristirahatannya masing-masing, tumpah
ruah dimana-mana memenuhi segala jalan, dan juga moda transportasi, pulang ke
daerah-daerah penyangga ibu kota. Entah sudah berapa kali berganti pemimpin,
ibukota tetap kota yang macet dimana-mana. Dan moda transportasi andalan ketika
macet pun bisa dibilang laris manis dan ramai, sehingga ketika naik
berdesak-desakan.
Commuter line menuju Bekasi sampai di Stasiun
Jakarta Kota. Kerumunan Jakarta Workers berdesak-desakan untuk masuk
kereta tersebut. Stasiun Jakarta Kota masih lah stasiun awal untuk Andra pulang
ke Bekasi, tetapi dirinya mulai berdesak-desakan dengan penumpang lain.
Berdesak-desakan di transportasi umum seperti kereta terkadang ada saja yang
mencuri kesempatan. Dari sekian banyak penumpang kereta ada yang memiliki otak
mesum dan melancarkan aksi mesumnya di dalam kereta.
Tidak ada yang bisa Andra lakukan ketika ada pelecehan seksual di
kereta. Dia hanya bisa melihat dan minimal berdehem kalau Andra sedang muncul
keberaniannya. Andra adalah orang yang sangat menjunjung tinggi wanita. Wanita
bagi Andra bagaikan permata, makanya ketika ada wanita yang disakiti atau
dilecehkan dia merasa gregetan, karena yang dia lakukan hanya diam saja. Hal
ini karena Andra takut ia akan menjadi korban juga.
Pemandangan pelecehan itu mulai terjadi lagi di depan mata Andra.
Entah sudah keberapa kali ia menyaksikannya. Tapi yang Andra bisa lakukan hanya diam saja,
alasannya Andra tidak mau terlibat dan juga kondisi kereta yang sangat penuh
sesak. Dalam perasaan terdalamnya Andra gelisah, dia harus berbuat sesuatu
tetapi Andra tetap tidak bisa, dirinya terlalu takut untuk membela wanita yang
sedang dilecehkan di gerbong kereta.
Giginya bergemertak, napasnya memburu, dan tangannya mengepal
seperti ingin menghajar orang yang tepat setelah dua orang dari samping Andra.
Dia hanya bisa menyimpan kemarahannya pada saat itu.
Semakin mendekati Stasiun Bekasi tepatnya di Stasiun Cakung
penumpang kereta sudah mulai agak kosong, hanya beberapa orang yang tersisa. Sementara Andra masih kesal
atas kejadian yang baru saja terjadi. Dia sudah sangat sering melihat kejadian
tersebut tapi belum bisa melakukan apapun. Dia dendam dan menyesali diri
sendiri.
Andra menatap jendela. Lamat-lamat tulisan Stasiun Bekasi sudah terlihat. Andra pun bergerak menuju ke
gerbong depan supaya ketika kereta berhenti
nanti dia dekat dengan pintu
masuk ke peron depan. Dan juga bisa langsung ke toilet untuk mencuci muka.
“hahaha ngga tahan kan lo Ndra, dibilang kalau soal hajar menghajar
serahin ke gue, lo kan baik dan ngga akan menghajar orang, lihat tuh diri lo di cermin.” Alter egonya Andra
mulai berbicara lagi.
“gue belum berani Mr. Choi. Kereta penuh sesak gitu mana bisa gue
buat negur. Lebih tepatnya sih gue takut kena sial aja.” Sambil mengepalkan
tangannya.
“itu namanya takut Ndra.”
“hmm mungkin belum saatnya kali.”
“mau sampai kapan takutnya hah?”
“ngga tau.”
“yaudahlah. Nanti gue yang ngatasin saja, gregetan gue sama
karakter lo.”
“permisi pak.” Ada orang lewat di dalam toilet melewati Andra.
“huuu.. bisa disangka orang gila aku.” Andra mengeluarkan nafasnya
kuat-kuat lalu keluar dari toilet.
***
Pintu kereta itu terbuka. Satu persatu penumpang turun. Kereta itu
berhenti di Stasiun Jatinegara, dan akan lanjut lagi ke Stasiun Bekasi. Semua
orang turun tertib, ada yang langsung pulang, ngopi dahulu di mini market dalam
stasiun yang menyediakan kopi atau ke toilet dahulu.
Toilet itu sepi, hanya beberapa penumpang yang baru turun tadi
langsung masuk ke toilet. Toilet pria menjadi toilet yang paling sepi, hanya
ada satu orang yang masuk ke dalam toilet tersebut. Dia masuk dengan muka agak
gelisah seperti menahan sesuatu.
“ahh, gila cewek tadi itu seksi bener, bokongnya besar banget.” Dia
berbicara dalam hati di dalam salah satu bilik toilet sambil berfantasi dan
merangsang bagian vitalnya.
Orang itu melakukan rangsangan pribadi kepada organ vitalnya dan
membayangkan penumpang perempuan yang tadi ada di depannya. Dia pada saat di
kereta tadi menempelkan organ vitalnya ke bagian belakang perempuan tersebut.
Lalu menuntaskan aktifitasnya di toilet dengan merangsang organ vitalnya
sambil berfantasi liar.
***
Udara pagi menyambut Bekasi dengan udaranya yang dingin manja. Pagi
itu setelah hujan Bekasi menjadi tidak sepanas biasanya. Dibilang hangat tidak
dibilang dingin tidak juga tetapi membuat orang malas untuk bangkit dari
kasurnya.
Hal ini tidak berlaku bagi Andra. Dia sudah terbiasa bangun pagi.
Pagi setelah subuh dia sudah mandi dan rapih. Hari ini adalah akhir pekan.
Andra berencana untuk lari pagi di Car
Free Day Bundaran HI dan dilanjutkan dengan fitnes di salah satu
tempat fitnes di Jakarta. Andra mengepak semua perlengkapannya dalam tas
ransel kecil supaya enak juga dibuat lari, dari baju salinan hingga pisau
lipat.
“eh Pak Andra udah rapih saja, mau kemana?”
“mau olahraga Bi, Bibi tidak usah buatin sarapan ya, saya sarapan
di luar saja.”
“oke pak.”
Andra di rumah hanya tinggal dengan pembantunya Bi Inah.
Setelah lulus kuliah, orang tuanya Andra
meninggal secara tragis. Andra menemukan kedua orang tuanya tergeletak
bercucuran darah ketika Andra pulang dari Bandung. Sudah hampir setahun Andra
hidup berdua saja dengan Bi Inah.
Andra mengendarai motornya ke Stasiun Bekasi. Dia lebih suka naik
transportasi umum dibanding pribadi. Menurutnya naik transportasi umum tidak
perlu khawatir capek. Karena kita hanya memikirkan kapan sampai ke tempat
tujuan.
Andra tidak menghabiskan waktu lama untuk menuju ke stasiun. Hanya
lima belas menit Andra sudah sampai di Stasiun dan langsung memesan tiket
kereta, keadaan stasiun di akhir pekan
itu tidak begitu ramai pada pagi hari.
Kali ini Andra menikmati perjalanannya dengan kereta commuter line tanpa merasa
galau lagi. Dia sudah bisa mengatasi rasa galaunya ketika sedang naik kereta
seorang diri. Andra belajar merelakan segala kejadian yang ada di masa lalu dan
menatap masa depannya yaitu Tanami.
Andra banyak belajar dari masa lalunya bersama Rin dan mencoba tidak akan
menyakiti dan meninggalkan lagi pacarnya.
Keadaan kereta tidak begitu ramai pada pagi hari. Jadi Andra sangat
menikmati perjalanannya untuk jogging di CFD Bundaran HI. CFD di
Bundaran HI sama seperti CFD-CFD di daerah-daerah lain. Selalu ramai. Tidak
hanya berolahraga tetapi ada juga yang berekreasi dengan keluarga.
***
Barisan pemukiman berjejer dengan semrawut. Pemukiman-pemukiman ini
tidak lain adalah jejeran kos-kosan yang ada di pinggiran Pasar Jatinegara. Pagi itu di hari minggu
aktifitas para pemukim kos-kosan nyaris sepi tanpa ada kegiatan. Para penghuni
kosan kebanyakan masih menempel dengan kasur sambil memeluk bantal guling. Hal
ini rupanya tidak berlaku untuk Parman Sukirman. Aktifitas tiap paginya ialah
menonton film dewasa yang vulgar. Parman yang merupakan pegawai di kawasan Kota
Tua sangat suka menonton film dewasa. Dia mendapatkan film-film ini dengan
berbagai cara dari mendownload hingga membeli dvd bajakan film dewasa secara
online. Film dewasa favoritnya ialah yang menggambarkan pelecehan.
Parman yang biasanya menonton koleksi film dewasanya sampai siang
sambil bermalas-malasan memutuskan untuk olahraga. Parman memutuskan untuk
jogging di CFD Bundaran HI. Parman berangkat ke CFD pukul 9.00 pagi. Disamping
berolahraga, Parman tidak lain dan tidak bukan untuk “mencuci mata”. Dalam
bayangan Parman setiap CFD banyak cewek-cewek cantik dan berpakaian olahraga
yang biasanya memakai tanktop dengan celana pendek atau paling tidak pakaian
yang mencetak bagian tubuh dari pemakai. Liur Parman sampai menetes membayangkan
hal tersebut. Pikiran mesum Parman terus berkelebat selama ia naik kereta untuk
menuju kawasan CFD.
Pukul 8.00 cuaca sudah mulai agak panas. Berbeda dengan suasana
CFD. Suasana CFD jika sudah siang menjadi sangat ramai. Parman yang baru sampai
di CFD pada siang itu pun matanya
langsung jelalatan. Bagai binatang buas yang mencari mangsa Parman, mata Parman
menyusuri setiap inchi dari keramaian di CFD.
***
Hari semakin siang, matahari pun sudah mulai terik. Andra
memutuskan kembali ke stasiun dan pulang. Andra berjalan tidak terlalu
terburu-buru, Andra menikmati suasana Jakarta yang tanpa polusi udara ini. Kebijakan
yang tepat untuk mengurangi polusi memang dengan mengadakan CFD di setiap
minggu. Polusi yang semakin kritis dikurangi pada hari minggu.
Andra melihat kagum ke sekeliling. Di CFD semua orang bergembira,
padahal ketika sedang hari kerja, mereka semua yang rata-rata tergolong Jakarta
Workers, ketika di hari kerja mereka hanya peduli pada diri sendiri, cuek
dengan keadaan sekitar, seperti robot dari sebuah korporat. Berjalan dengan
lurus dan tidak menengok ke kanan atau ke kiri. Andra suka sebal melihat hal
tersebut.
Di CFD semua Jakarta Workers seperti membaur. Melupakan
sejenak segala beban pekerjaan. Berlari dan mengurangi beban yang ada selama
hari kerja.
Selesai melihat sekeliling Andra melanjutkan perjalanannya. Tidak
begitu jauh dari tempatnya berjalan menuju ke stasiun terdekat. Sebenarnya jika
dilanjutkan dengan naik ojek bisa lebih cepat, tapi Andra benar-benar ingin
menikmati Jakarta di saat tidak ada kendaraan.
Di stasiun dia membeli beberapa makanan di minimarket untuk
sarapannya. Dia belum makan dari semenjak berangkat. Lalu dia juga membeli
koran untuk dibaca sambil menunggu kereta datang. Koran pagi itu memberitakan
beberapa berita. Yang menarik perhatiannya adalah berita pelecehan seksual yang
terjadi di bis. Andra memegang geram
koran tersebut.
“gila!” gumamnya.
Dituliskan dalam berita adalah karena pelaku melakukannya karena
dia sudah tidak tahan. Karena melihat
wanita memakai kemeja dipadukan dengan rok pendek yang memperlihatkan pahanya
yang putih sang pelaku meraba paha wanita itu sampai ke bagian dalam pahanya
lalu ketahuan oleh wanita karena merasakan ada yang menyentuhnya.
Tidak hanya itu saja penyebab sang pelaku melakukan hal tercela
tersebut. Ternyata pelaku sering menonton film porno. Di zaman sekarang dengan
kemudahan mengakses internet didukung dengan koneksi cepat membuat
konten-konten pornografi mudah diunduh. Walaupun pemerintah sudah berusaha
untuk memblokir situs-situs porno tapi tetap saja banyak cara pula untuk
membuka situs yang di blokir tersebut.
Andra masih geram membaca berita tersebut. Andra mengambil gunting
dari tas runningnya, lalu menggunting bagian berita tadi. Dia selalu
mengklipping berita-berita tentang pelecehan seksual. Sudah beberapa bundel
klippingan yang Andra kumpulkan, hasilnya fantastis. Kasus pelecehan seksual
selalu terjadi dalam setahun.
Setelah dia menggunting koran tadi dia melampiaskan kekesalannya
dengan merobek-robek korannya dan membuangnya ke tempat sampah. Dia berubah
menjadi orang lain kali ini. Bukan Andra lagi.
Tidak lama setelah Andra membuang robekan koran tadi. Kereta yang
dia tunggu pun datang. Keadaan kereta tidak seperti ketika pergi yang tidak
begitu padat, tapi malah sebaliknya kereta sangat padat dipenuhi penumpang yang
berisi orang-orang yang tadi CFD. Andra
berdiri berdesak-desakan di dekat tiang-tiang yang ada di tengah kereta.
Keadaan kereta yang berdesak-desakan selalu ada yang memanfaatkan kondisi tersebut. Andra
melihat keseliling kereta seperti penjaga. Untuk menemukan sesuatu yang janggal
di dalam kereta. Terus mengedarkan pandangan dan ketemua dengan pemandangan
yang janggal. Ada seorang pria yang dalam keadaan berdesak-desakan tapi seperti
sengaja menempelkan bagian bawahnya.
Kekesalan Andra muncul lagi. Otaknya mulai mengeluarkan stimulus
kekesalan. Andra mengepalkan tangannya. Dan dirinya yang lain pun muncul. Dia
bukan Andra lagi, Dia adalah Mr. Choi.
“nah istirahat dulu ya Ndra, ini tugas Gue.”
Mr. Choi mencari cara untuk mengerjai pelaku pelecehan seksual. Dia
mencoba mencari-cari di tas yang tadi Andra bawa. Akhirnya Dia mempunyai ide
setelah menemukan note kecil, pulpen, lakban dan pisau. Andra menerobos
kepadatan penumpang di dalam gerbong, dan menghampiri sang pelaku pelecehan
seksual. Lalu berdehem dan memberikan kertas kecil. Terlihat si pelaku menjadi
panik.
Mr. Choi setelah memberi kertas kecil ke pelaku pelecehan seksual
itu. Dia berjalan menerobos kepadatan penumpang lagi menjauhi pelaku. Dia tidak
tahan dengan perilaku si pelaku pelecehan seksual tersebut.
Mr. Choi menikmati perjalanannya. Bersiul-siul dan menyunggingkan
senyum liciknya. Mr.Choi bangga dengan
ide yang terlintas di kepalanya untuk mengerjai pelaku pelecehan tersebut. Ide yang lumayan
sadis jika niatnya hanya untuk mengerjai.
ANDA SEBENTAR LAGI AKAN MEMASUKI STASIUN JATINEGARA
PERIKSA BARANG BAWAAN ANDA
Mr. Choi bergegas keluar dan menuju ke toilet Stasiun Jatinegara.
Dia sudah mematangkan idenya. Dan tidak akan ragu.
***
Suasana kereta yang ramai merupakan hal yang surga bagi Parman. Dia
bisa melakukan hal yang biasa dia lakuin ke wanita-wanita.
“ah gila! Bener-bener rezeki buat gue ini mah.”
Keadaan yang berdesak-desakan. Membuat Parman mencari celah
diantara wanita-wanita yang rata-rata adalah yang habis CFD. Wanita-wanita yang
memakai pakaian olahraga yang fit dengan tubuh. Memperlihatkan
lekak-lekuk tubuh yang memakaianya. Parman melihat wanita yang memakai baju fit
berwarna kuning cerah dengan hotpants berwarna biru. Matanya melihat mesum ke
arah wanita tersebut dan mendekati wanita tersebut. Dan berniat untuk ikut berdesak-desakan di antara wanita itu.
“wah gila enak banget nih pantat si cewek.” Gumamnya dalam hati Parman
sambil mengesek alat vitalnya.
Semenit, dua menit, tiga menit. Tidak ada yang mengganggu aksi
Parman. Aksi yang masih aman untuk Parman. Lalu enam menit dan kereta masih
melaju dengan asiknya, Parman dikejutkan dengan suara deheman dari seseorang.
Dia pun berhenti sejenak melakukan aksinya dan menerima secarik kertas dari orang yang berdehem tadi.
GUE PUNYA CEWEK SEKSI KHUSUS BUAT LO, GUE TUNGGU DI TOILET STASIUN
JATINEGARA.
“wah gratisan yah ini, mantap.” Gumamnya dalam hati.
***
Suasana toilet di Stasiun Jatinegara sepi seperti biasanya. Mungkin
karena ini adalah stasiun transit, membuat orang-orang jarang yang ke toilet.
Mr. Choi yang mempunyai rencana dengan seseorang tersenyum licik. Dia mencari
sarung tangan di tas yang dipakainya. Dan setelah ketemu dia langsung
memakainya.
Orang yang ditunggu oleh Mr. Choi pun datang. Mr. Choi mengajaknya
untuk memasuki salah satu bilik toilet, dia memilih yang paling pinggir.
“bro tunggu dulu ya disini!
Sebelumnya gue iket dulu ya kaki sama tangan lu supaya nggak gerak-gerak,
soalnya ceweknya suka yang diiket-iket.” Perintah Mr. Choi.
Pelaku pelecehan seksual tadi senyum-senyum seolah benar-benar akan
ada cewek seksi yang akan menghampiri dia. Dalam pikirannya hanya ada hal-hal
yang erotis.
“tunggu dulu tiga menit ya, gue kabarin dulu orangnya.”
Mr. Choi keluar dari bilik toilet untuk memastikan kalau keadaan
aman. Tepat tiga menit sesuai dengan yang dijanjikannya, Mr. Choi pun masuk
kembali.
“bro, nama lu siapa?” Mr. Choi mencoba menenangkan suasana.
“gue Parman. Eh kapan ceweknya dateng?”
“tunggu aja bro.” Mr. Choi melumat bibirnya Parman.
“hmmph.” Parman tidak bisa bicara karena dilumat dengan kasar.
Mr. Choi mencium Parman dengan kasar dan mengelus-elus bagian vital
Parman.
“eh apa-apaan nih.” Parman protes ketika Mr. Choi berhenti.
“kita main-main dulu aja yuk sambil nunggu.” Mr. Choi tersenyum
licik. Dan mencium serta mengelus-elus lagi. Terus dirangsangnya Parman sampai
Parman menikmatinya.
Mr. Choi mengeluarkan Pisau lipat yang sudah dikantonginya. Dan dia
mengakali alat vital Parman supaya keluar dari celananya lalu. Tebas.
Mr. Choi memotong alat vital Parman dan langsung menyumpal mulut
Parman dengan potongan tersebut agar tidak teriak.
“gimana? Enak ngga?” Mr. Choi berbisik di telinga Parman dan menyeringai
puas.
Mr. Choi melihat Parman dengan senyuman mengerikan. Dia tidak
henti-hentinya tersenyum setelah berhasil menyakiti seorang Parman si pelaku
pelecehan seksual. Mr. Choi mendekatkan wajahnya yang mengerikan itu ke wajah
Parman.
“lu udah banyak ngerusak kehidupan orang Man. Gue muak sama
orang-orang macem lu. Naik kendaraan umum tapi lu sama aja kayak merusak
fasilitas walaupun sebenarnya ngga. Iya ngga Man, Cuma menganggu kenyamanan,
dan menganggu kenyamanan buat gue itu merusak fasilitas. Sekarang liat keadaan
lu, m.e.n.y.e.d.i.h.k.a.n. Jangan cepet tewas ya, gue mau ngerusak leher lu,
kalo cepet tewas jadi ga asik mainnya.” Mr. Choi menjilat wajah Parman.
Mr. Choi mengarahkan pisaunya lagi dan mengiris lehernya.
Pelan-pelan tapi pasti. Mengiris dari kuping kanan sampai kuping kiri. Darah
bercucuran ke baju Parman dan juga muncrat ke baju Mr. Choi. Mr. Choi menjilat
sumber keluar darah di leher Parman.
“ah delicious.”
Mr. Choi melihat korbannya. Miris dan mengenaskan. Mr. Choi sebelum
menuntaskan permainannya mencoba mendengarkan detak jantung Parman, memastikan
apakah Parman masih hidup atau sudah meninggal.
“ah ngga asik udah mati aja lu Man, but tapi tunggu Man.”
Mr. Choi mengeluarkan kertas kecil yang sudah
dipersiapkan dan menempelkannya di lehernya.
TERSANGKA PELECEHAN SEKSUAL DI KERETA
“meninggal hari minggu pukul 3.00 siang. Karena dibunuh oleh Mr.
Choi.” Mr. Choi bergumam bangga hasil perbuatannya.
Mr. Choi sebelum keluar dari bilik toilet dia merapikan dirinya.
Mengganti bajunya yang kotor oleh darah dengan baju yang bersih. Seperti
kebetulan Andra menyiapkan baju ganti. Mr. Choi tersenyum melihat ada baju
ganti tersebut. Dia pun keluar dengan tenang dari toilet. Tidak ada saksi hanya
bilik toilet yang menjadi saksi bisu perbuatan Mr. Choi. Mr. Choi langsung
berjalan keluar Stasiun Jatinegara untuk menghilangkan jejak dan melanjutkan
perjalanan pulangnya ke Bekasi dengan taksi online.
“Ndra, Andra..” Belum jauh dia berjalan ada seseorang wanita yang
memanggil nama Andra yang sekarang sebenarnya dia bukan Andra. Mr. Choi
berhenti sejenak dan melanjutkan jalannya.
***
Mr. Choi tertidur di dalam mobil. Dia pulas sekali. Jalanan menuju
ia pulang tidak begitu macet dan supir
taksi online pun tidak banyak mengobrol.
Mobil sudah memasuki daerah Kranji tubuh yang tertidur pulas itu
pun bangun, bukan sebagai Mr. Choi tapi sebagai Andra. Dia kaget waktu sadar
sudah berada di dalam mobil.
“hei dimana aku?” tanyanya.
“bapak sekarang ada di taksi online, lagi di Kranji dan menuju ke
rumah bapak.”
Andra masih belum mengerti. Masih dalam keadaan linglung. Dia
mencari handphonenya di dalam tas dan kaget baju yang ketika pergi ada di dalam
tas dan penuh bercak darah. Dalam hatinya hanya bisa bilang “aku tadi ngapain?”
Comments
Post a Comment