Cerita dalam Kereta Chapter 6: Orang-orang di Stasiun

Manusia itu unik. Terkadang jika kita jeli memperhatikan manusia itu kita akan tahu manusia itu sedang memikirkan apa atau yang akan terjadi selanjutnya jika kita selalu berada di tempat yang sama setiap harinya. Seperti di Stasiun Manggarai ini misalnya, aku jadi tahu beberapa karakter orang-orang yang berada di Stasiun ini.
“Ah,  elo pasti ingin di Stasiun ini lama-lama lagi ya Ndra?!” kata Mr. Choi.
Bagi ku stasiun merupakan tempat tinggal kedua bagiku. Karena aku setiap hari pulang-pergi naik kereta. Dari berangkat kerja hingga berlibur ke daerah yang dekat dengan Bekasi. Tapi, untuk Stasiun Manggarai aku merasa tempat ini enak untuk menunggu kereta.
“Halah, elo mempunyai kenangan disini Ndra, dan setelah kamu berpisah dengannya kamu jadi sering menunggu seseorang itu disini tapi tidak pernah bertemu.”
Aku memperhatikan sekitar. Menengok kanan-kiri, melirik-lirik dan mengedarkan pandanganku ke segala arah Stasiun.
“Tuh, elo pasti sedang mencari orang itu.”
Diri Andra yang lain terus protes. Aku tidak tahu siapa orang yang diriku  yang lain terus bicarakan dari tadi, atau aku sudah lupa.
Aku melihat ada kursi yang kosong di peron 1. Aku menuju kursi tersebut, lalu memasang earphoneku dan mendengarkan musik.
“Dengarkanlah lagu yang nyaman buat gue Ndra, jangan yang galau, nanti gue malah tidak istirahat, elo tidak mau mendengar gue ngoceh kan!.” Protes Mr. Choi.
Aku tidak tahu lagu apa yang nyaman buat diriku yang lain. Sudahlah, aku hanya ingin memperhatikan orang-orang di stasiun dan mendeskripsikannya.
“Terserahlah.”
Aku menikmati lagu-lagu di playlistku. Aku melihat orang yang memakai earphone juga di stasiun. Itu paling mudah untuk dideksripsikan. Orang yang memakai earphone itu orang yang terkadang terlihat anti sosial, menenangkan diri, dan mengasingkan diri.
“Elo banget ya Ndra.”
Dari orang yang memakai earphone, aku memperhatikan orang yang sedang bermain handphone atau dengan handphonenya. Ada banyak kemungkinan terkait orang yang sedang bermain handphone. Orang-orang yang bermain handphone ini menurut pengamatanku dan aku alami adalah orang yang menunggu seseorang dan sedang bosan.
Kalau sedang bosan dapat dilihat dengan cara dia memegang hapenya dalam posisi landscape. Mereka biasanya sedang bermain game atau sedang menonton video di handphoneya.
Dan lihat wanita berambut panjang dikuncir, berkaos putih, dengan jeans biru yang sedang di depan minimarket. Dia terlihat gelisah dan sesekali melihat handphonenya. Ritme melihat handphonenya yang dua menit sekali itulah yang menandakan kalau dia sedang menunggu seseorang. Waktu yang dia butuhkan untuk mengecek handphonenya menunjukkan bahwa dia sedang cemas, menunggu seseorang. Wanita itu tidak tenang karena jarang bertemu kekasihnya. Aku hanya mengira dia itu menjalani hubungan yang rumit karena hubungannya jarak jauh.
“Mulai sotoy ya elo.”
“Tidak, aku tidak sotoy, aku mengamati ini  sudah lama. Aku selalu melihat wanita itu setiap akhir bulan menunggu di stasiun ini. Dan memang pada akhirnya bertemu.”
Terdengar pengumuman bahwa kereta yang mengarah ke Bekasi masih di Jakarta Kota. Aku masih bisa menceritakan kepada kalian bahkan kepada diriku yang lain tentang orang-orang di stasiun.
Dari orang-orang yang tadi yang sudah aku deskripsikan. Aku selalu tertarik dengan orang yang terlihat gelisah. Seperti pria yang duduk dekat pos jaga peron disana. Pria itu terlihat dari tadi menggerak-gerakkan kakinya seperti orang yang tidak nyaman duduk. Sesekali menengok ke kanan dan ke kiri.
Orang gelisah di stasiun banyak sekali penyebabnya. Bisa jadi orang yang gelisah ini sedang buru-buru namun keretanya tidak kunjung datang, lapar, dan sedang ada masalah.
“Sepertinya elo makin ngasal aja Ndra. Eh ayolah itu kereta kita sudah datang.”
Aku menengok ke arah kereta itu. Aku lihat itu adalah kereta menuju Bogor. Aku membuka tasku, mengambil novel.
Lima belas menit setelah kereta Bogor, kereta Bekasi dikabarkan oleh information akan sampai di Stasiun Manggarai. Aku berdiri di luar garis kuning. Kereta pun datang, aku memperhatikan diriku sendiri di kaca kereta. Kali ini aku melihat ilusi diriku yang lain sangat jelas di kaca kereta. Pintu terbuka, terlihat penumpang kereta yang lumayan padat, namun masih ada ruang untuk bisa masuk ke dalam kereta.
“Hei, look, wanita yang di depan elo mirip Rin.”
“Rin? Siapa Rin?”
Aku melihat ke tempat duduk yang ada di depanku. Aku benar-benar tidak tahu kalau aku mengenal yang disebutkan oleh Mr. Choi.
“Hah, elo lupa? Rin itu mantan gebetan elo yang ngga bisa elo lupain Ndra!”
Mr. Choi bilang gebetan. Aku melihat lagi sekilas tapi tetap tidak ingat.

Comments